Dear sahabat maubeasiswa, postingan kali ini akan memberikan review mengenai perbedaan penjurusan di Indonesia dengan Amerika yang dtitulis oleh Kevin Soedyatmiko pelajar MIT di Amerika yang juga pemenang medali emas IPhO (International Physics Olympiad) tahun 2012. Dari review ini bisa menjadi gambaran, mengapa-sih pendidikan Amerika bisa lebih maju? Apa yang kita harus lakukan supaya tidak ketinggalan? Yuk, kita lihat ^^
Bagi seorang siswa kelas 3 SMA, memilih jurusan atau
fakultas sangat dilematis bak menentukan jalan hidup. Ada banyak
pertimbangan tentunya dalam menentukan pilihan ini. Ada yang mengatakan
“jurusan harus sesuai dengan hatimu”. Yang lain mengatakan, “pilih
jurusan yang menghasilkan uang”. Apapun rumusan yang ada di dalam
pikiran seorang pra-mahasiswa, ada satu masalah yang amat penting. Pada
umumnya, pra-mahasiswa ini tidak mempunyai cukup informasi untuk
menentukan jurusan atau fakultas tersebut. Di tulisan ini saya akan
menjelaskan bagaimana proses aplikasi dan pendidikan di Amerika Serikat
memungkinkan dan mengakomodasi mahasiswa untuk memilih jurusannya
seinformed mungkin.
Perbedaan pemilihan jurusan di Amerika Serikat dan di Indonesia
Penerimaan mahasiswa di Indonesia, bukan hanya dibagi berdasarkan
universitas, tetapi juga fakultas di universitas tertentu. Katakanlah
ada mahasiswa bernama Anto, yang suka dan berprestasi Fisika di SMA.
Namun, karena ketatnya persaingan, Anto hanya mendapatkan tempat di
elektro ITB. Pertanyaannya, setelah diterima di jurusan elektro di ITB,
apakah Anto bisa mengganti jurusan menjadi fisika di ITB? Apa yang harus
dia lakukan jika ternyata setelah berkuliah 1 semester, dia merasa
bahwa elektro bukan bagiannya?
Penerimaan mahasiswa di Amerika, terutama di level undergraduate,
cenderung tidak mempedulikan jurusan. Satu – satunya pertanyaan essay
admission yang berbau jurusan, adalah “seandainya kamu diterima, kamu
mau ambil jurusan apa?”. Akan tetapi jawaban saya untuk pertanyaan ini
tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jurusan apa yang harus saya
ambil di MIT. Sekedar info, waktu itu saya jawab EECS (Electrical
Engineering and Computer Science), salah satu jurusan paling populer di
MIT.
Jadi, dalam proses ini, jika saya diterima di MIT, maka saya diterima di semua jurusan di MIT. Ya, semua
jurusan, termasuk di antaranya elektro, fisika, bahkan ekonomi.
Pertanyaan berikutnya adalah “apa seorang siswa yang diterima
berdasarkan prestasi Fisikanya yang luar biasa di masa SMA, bisa belajar
ekonomi atau mata ajaran lainnya yang asing buat dia?”
Salah satu alasan kuat yang mampu mendukung sistem penerimaan
mahasiswa di sini, adalah di MIT (dan kebanyakan universitas Amerika
lainnya) kurikulum sangat ditekankan dengan intuisi di belakang materi
yang diajarkan. Di setiap kelas, terutama kelas tingkat 2 ke atas, siswa
di tantang untuk berpikir “apa yang ada di dalam pikiran ilmuwan X saat
menemukan rumusan Y”, bukan hanya “bagaimana rumusan Y dipakai untuk
menyelesaikan masalah”. Mungkin ini terdengar abstrak, tetapi saya
sendiri telah mengalaminya.
Di tahun kedua saya di MIT, saya memilih Management dan Economics
sebagi jurusan saya. Awalnya saya berpikir akan sangat sulit bagi saya
untuk belajar ekonomi atau finance, sesuatu yang asing buat saya selama
ini. Akan tetapi, setelah saya mencoba, ternyata banyak sekali intuisi
yang dipakai para ahli Ekonomi yang juga dipakai para Fisikawan. Ada
suatu jalan pemikiran yang logis, yang ternyata, berlaku (bisa
diaplikasikan) untuk hampir semua bidang yang ada.
Keuntungan sistem penerimaan dan penjurusan di Amerika Serikat
Ada tiga hal yang menurut saya membuat kebanyakan murid SMA
kekurangan ‘informasi’ untuk dapat menentukan jurusan dengan bijak dan
tepat.
- Pengaruh Lingkungan
Banyak siswa yang memilih jurusan karena terpengaruh oleh lingkungan. Lingkungan di sini termasuk teman seangkatan, guru, ataupun orang tua. Saya sendiri, berkecimpung hampir 2 tahun di Tim Olimpiade Fisika Indonesia, menjadi terpengaruh untuk mengambil jurusan berbau sains atau engineering. Saya sewaktu itu sangat bingung akan apa yang sebenarnya saya sukai. - Wawasan
Anak SMA di Indonesia, pada umumnya, tidak terlalu terekspose terhadap dunia luar. Berapa banyak anak SMA yang memiliki gambaran apa sih yang dikerjakan para teknisi di perusahaan seperti Google, Microsoft, atau Facebook ? Atau juga, seperti apa sih kuliah grad school ? Atau juga, berapa banyak anak SMA yang pernah mendengar kata – kata Management Consulting atau Hedge Fund ? Tanpa wawasan yang luas, akan sangat sulit untuk menentukan suatu jurusan yang erat kaitannya dengan apa yang akan dilakukan 5 – 10 tahun mendatang. Dengan berkuliah setahun di MIT, saya mendapatkan wawasan yang jauh lebih banyak dibandingkan sewaktu saya lulus dari SMA. - Kedewasaan
Yang terakhir ini, tak dapat dipungkiri, bahwa kedewasaan seseorang bertambah seiringinya bertambahnya umur. Setahun setelah berkuliah di MIT, saya merasa jauh lebih dewasa dibandingkan sewaktu saya lulus dari SMA. Ini membuat saya lebih siap dalam menentukan jurusan yang saya pilih.
Karena alasan-alasan ini, sistem Amerika Serikat yang
memberikan kesempatan siswa untuk mencoba dan belajar tentang banyak
bidang sebelum menentukan memungkinkan mahasiswa menentukan jalan
hidupnya dengan informasi yang akurat. Proses ini juga dijalankan di
antara lingkungan yang kondusif, di antara murid-murid dan
profesor-profesor yang tidak mendesak murid untuk terburu-buru
menentukan pilihannya.
Disclaimer: walaupun kebanyakan universitas S1 di
Amerika Serikat menganut filosofi ini, ada beberapa universitas yang
mengharuskan siswa mendaftar ke jurusan tertentu. Misalnya, pendaftaran
Carnegie Mellon ditujukan ke fakultas (misal: School of Computer
Science). Pendaftaran transfer dari community college ke universitas
juga umumnya per fakultas.
sumber: http://indonesiamengglobal.com/
Dari tulisan di atas, bisa menjadi gambaran kita mengapa pendidikan di Amerika bisa lebih maju dibandingkan di Indonesia. "Memilih Jurusan" di Indonesia hampir seperti momok yang harus benar-benar harus dipilih dengan baik sekali agar tidak menyesal di kemudian hari. Namun, pilihan ini akan sulit bagi yang masih belum mengetahui apa yang menjadi tujuan dan jalan hidup ke depannya. Nah, bagi sahabat-sahabat maubeasiswa yang masih SMA maupun sudah kuliah, belum ada kata terlambat untuk belajar mendalami passion dan minat kalian. Banyak membaca buku akan sangat membantu, browsing-browsing internet tentang universitas dan jurusan-jurusan juga akan sangat membantu. Di zaman sekarang yang teknologi sudah canggih ini, informasi menjadi hal yang sangat penting dan banyak tersebar. Sekarang tinggal kita yang perlu "lebih" rajin dan gencar membaca! Salah satunya ikuti blog maubeasiswa dan baca terus artikel menariknya mengenai beasiswa dan edukasi. Ayo berjuang! Kejar Beasiswa dan raih cita-citamu!
No comments:
Post a Comment